Seperti yang
sudah kita ketahui, jaring kontrol horizontal secara klasifikasi (berdasarkan
ordenya) dibagi dari orde 0 sampai dengan orde 4. Pembuatan titik kontrol orde
0 dan orde 1 merupakan kewenangan dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional (Bakosurtanal) yang sekarang bertransformasi menjadi Badan Informasi
Geospasial (BIG). Sedangkan Orde 2 sampai dengan Orde 4 menjadi kewenangan
Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Orde jaring titik
kontrol horizontal
Orde
|
Jaringkontrol
|
Jarak (Km)
|
Kelas
|
00
|
Jaring fidusial nasional (Jaring tetapGPS)
|
1000
|
AAA
|
0
|
Jaring titik kontrol geodetik nasional
|
500
|
AA
|
1
|
Jaring
titik kontrol geodetik regional
|
100
|
A
|
2
|
Jaring titik kontrol geodetik lokal
|
10
|
B
|
3
|
Jaring titik kontrol geodetik perapatan
|
2
|
C
|
4
|
Jaring titik kontrol pemetaan
|
0.1
|
D
|
Koordinat
titik-titik kontrol dari
semua orde harus
dinyatakan dalam sistem referensi koordinat nasional, yang
pada saat ini dinamakan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN 95).Dalam pengadaannya, suatu jaring titik kontrol
harus terikat secara langsung dengan
jaring titik kontrol yang ordenya lebih
tinggi. Jaring titik kontrol
pengikat (kerangka referensi koordinat) untuk setiap jaringan adalah
seperti yang dispesifikasikan pada Tabel Kerangka
referensi koordinat berikut :
Jaring
|
Kerangka referensi
|
Orde-00
|
ITRF
2000
|
Orde-0
|
minimalOrde-00
|
Orde-1
|
minimalOrde-0
|
Orde-2
|
minimalOrde-1
|
Orde-3
|
minimalOrde-2
|
Orde-4
|
minimalOrde-3
|
Tambahan : ITRF = sistem referensi spasial dunia yang ikut berrotasi dengan Bumi dalam gerakan diurnal di ruang angkasa.
Teknologi penentuan posisi berbasis satelit, seperti GPS (Global Positioning System) dan GNSS (Global Navigation Satellite System), saat ini telah berkembang dengan pesat sehingga memungkinkan untuk digunakan dalam penyelenggaraan kerangka referensi geodetik nasional yang terintegrasi dengan sistem referensi global, serta mampu memberikan ketelitian yang memadai untuk memantau pergerakan lempeng tektonik dan deformasi kerak bumi yang berpengaruh terhadap nilai-nilai koordinat.
Pada 17 Oktober 2013, diluncurkannya Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 (SRGI 2013). SRGI adalah suatu terminologi modern yang sama dengan terminologi Datum Geodesi Nasional (DGN) yang lebih dulu didefinisikan, yaitu suatu sistem koordinat nasional yang konsisten dan kompatibel dengan sistem koordinat global. SRGI mempertimbangkan perubahan koordinat berdasarkan fungsi waktu, karena adanya dinamika bumi. Secara spesifik, SRGI 2013 adalah sistem koordinat kartesian 3-dimensi (X, Y,Z) yang geosentrik. Implementasi praktis di permukaan bumi dinyatakan dalam koordinat Geodetik lintang, bujur, tinggi, skala, gayaberat, dan orientasinya beserta nilai laju kecepatan dalam koordinat planimetrik (toposentrik).
Secara praktis, perbedaan yang mendasar antara SRGI 2013 dengan DGN 1995 bisa dilihat dalam tabel dibawah ini.
sumber : Badan Informasi
Geospasial (BIG)
KESIMPULAN : Dengan disahkannya sistem referensi geospasial baru (SRGI 2013), berarti sistem referensi geospasial lama (DGN 1985) sudah tidak berlaku lagi.
Karena sistem akses layanannya bersifat terbuka kita dapat mendownloadnya secara gratis dari web yang dibuat oleh BIG (Badan Informasi Geospasial), berikut langkahnya :
1. Buka Web nya http://srgi.big.go.id/srgi/
2. Pada Sub Menu SRGI > Jaring Kontrol Geodesi
4. Sebagai sample, saya akan ambil Titik Kontrol Horizontal yang ada di Kota Semarang dengan Zoom dan Mengarahkan Maps nya terlebih dahulu,
5. Untuk Tampilan Base Map nya pun, dapat diganti dengan Citra Satelit.
7. Akan muncul Sub Detail nya berupa Nama dan Koordinat BM. Untuk Keterangan lebih jelasnya dapat didapatkan dengan kembali pilih "detail" > Download
Namun DGN95 merupakan sistem referensi geospasial yang bersifat statis,
dimana perubahan nilai koordinat terhadap waktu sebagai akibat dari
pergerakan lempeng tektonik dan deformasi kerak bumi, tidak
diperhitungkan. Perubahan nilai koordinat terhadap waktu perlu
diperhitungkan dalam mendefinisikan suatu sistem referensi geospasial
untuk wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia terletak
diantara pertemuan beberapa lempeng tektonik yang sangat dinamis dan
aktif, diantaranya lempeng Euroasia, Australia, Pacific dan Philipine.
Wilayah Indonesia yang terletak pada pertemuan beberapa lempeng inilah
yang menyebabkan seluruh objek-objek geospasial yang ada diatasnya
termasuk titik-titik kontrol geodesi yang membentuk Jaring Kontrol
Geodesi Nasional, juga bergerak akibat pergerakan lempeng tektonik dan
deformasi kerak bumi.
Teknologi penentuan posisi berbasis satelit, seperti GPS (Global Positioning System) dan GNSS (Global Navigation Satellite System), saat ini telah berkembang dengan pesat sehingga memungkinkan untuk digunakan dalam penyelenggaraan kerangka referensi geodetik nasional yang terintegrasi dengan sistem referensi global, serta mampu memberikan ketelitian yang memadai untuk memantau pergerakan lempeng tektonik dan deformasi kerak bumi yang berpengaruh terhadap nilai-nilai koordinat.
Pada 17 Oktober 2013, diluncurkannya Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 (SRGI 2013). SRGI adalah suatu terminologi modern yang sama dengan terminologi Datum Geodesi Nasional (DGN) yang lebih dulu didefinisikan, yaitu suatu sistem koordinat nasional yang konsisten dan kompatibel dengan sistem koordinat global. SRGI mempertimbangkan perubahan koordinat berdasarkan fungsi waktu, karena adanya dinamika bumi. Secara spesifik, SRGI 2013 adalah sistem koordinat kartesian 3-dimensi (X, Y,Z) yang geosentrik. Implementasi praktis di permukaan bumi dinyatakan dalam koordinat Geodetik lintang, bujur, tinggi, skala, gayaberat, dan orientasinya beserta nilai laju kecepatan dalam koordinat planimetrik (toposentrik).
Secara praktis, perbedaan yang mendasar antara SRGI 2013 dengan DGN 1995 bisa dilihat dalam tabel dibawah ini.
Keterangan
|
DGN 1995
|
SRGI 2013
|
Sifat Sistem Referensi
|
Static
|
Memperhitungkan perubahan nilai koordinaat sebagai fungsi waktu
|
Sistem referensi koordinat
|
ITRS
|
ITRS
|
Kerangka Referensi Koordinat
|
Jaring Kontrol Geodesi yang terikat pada ITRF 2000
|
Jaring Kontrol Geodesi yang terikat pada ITRF 2008
|
Datum Geodetik
|
WGS 84
|
WGS 84
|
Sistem referensi Geospasial vertikal
|
MSL
|
Geoid
|
Sistem akses dan layanan
|
Tertutup
|
Tebuka dan self service
|
KESIMPULAN : Dengan disahkannya sistem referensi geospasial baru (SRGI 2013), berarti sistem referensi geospasial lama (DGN 1985) sudah tidak berlaku lagi.
Karena sistem akses layanannya bersifat terbuka kita dapat mendownloadnya secara gratis dari web yang dibuat oleh BIG (Badan Informasi Geospasial), berikut langkahnya :
1. Buka Web nya http://srgi.big.go.id/srgi/
2. Pada Sub Menu SRGI > Jaring Kontrol Geodesi
3.
Akan terbuka Tampilan berikut. Kemudian Centang (Select Area) dan pilih
area yang dikehendaki. Total di Indonesia ada 1000 titik.
4. Sebagai sample, saya akan ambil Titik Kontrol Horizontal yang ada di Kota Semarang dengan Zoom dan Mengarahkan Maps nya terlebih dahulu,
5. Untuk Tampilan Base Map nya pun, dapat diganti dengan Citra Satelit.
6. Kemudian jika ingin mendownload data Titik Kontrol Horizontal tersebut klik "detail"
7. Akan muncul Sub Detail nya berupa Nama dan Koordinat BM. Untuk Keterangan lebih jelasnya dapat didapatkan dengan kembali pilih "detail" > Download
8. Hasilnya,
9.
Detail Informasi dapat kita download juga dalam bentuk file excel,
dengan klik Download. Berikut Bentuk File dari hasil download.
10. Ini Penampakan Titik Kontrol Horizontal di Lapangan nya
(Titik Kontrol Horizontal N1 0259 di Tugu Muda Semarang)
####SEMOGA BERMANFAAT####
Possting By :
terimakasih banyak,sekali lagi kamiucapkan atas informasi koordinat geospasial ini..sungguh sangat bermanfaat bagi kami untuk mencari titik referensi...mudah2 kedepannya kita dapat ketemu..dan dapat bekerjasama dalam proyek pemetaan
ReplyDeleteKusnadi (surveyor bandung)
081356670924
http://goo.gl/LrEn34
nice
ReplyDeletemau tanya ni, ketika distep ketiga tepatnya waktu diselect area, knpa titik2 birunya tidak bisa muncul seperti ditutorial? dan cara memunculkan titik tersebut seperti apa agar bisa dilihat informas titiknya? sebelumnya terimakasih
ReplyDeletethank you mas sangat membantu salam buat rekan rekan sesama surveyor
ReplyDeletesaya coba select area dr kemarin tgl 4 desember kok ga bisa ya?
ReplyDeletehalo mas..
ReplyDeletemau tanya bagaimana membuat titik BM/GCP di areal survei kita menggunakan GOS geodetic?
thanks broo. bermanfaat banget info nya, terus menulis untuk membantu kawan-kawan lain nya yang membutuhkan info lain nya
ReplyDeleteuntuk data rinexnya bagaimana cara memperolehnya
ReplyDeletemembedakan orde 0 dan orde 1 bagaimana ya?
ReplyDeletekenapa gak mau timbul titik-titiknya saat di sorot petanya saat sudah di centang select area
ReplyDeletepagi SRGI, apa sampai skarang situs SRGI jaring kontrol Geodesi masih Error untuk proses select areanya. dikarenakan setiap select area yg fungsi masih Move Peta nya.
ReplyDeletetrims
Link Terbaru http://srgi.big.go.id/srgi2/jkg
Deletesekarang kok susah downloadnya, selalu error dlm pengembangan
ReplyDeleteLink Terbaru http://srgi.big.go.id/srgi2/jkg
Deletesekarang tautan "jaring kontrol geodesi" nya udah gak bisa diakses. Apakah sudah pindah link nya?
ReplyDeleteLink Terbaru http://srgi.big.go.id/srgi2/jkg
DeleteMaaf pak BIO, mau nanya di link yang baru tetap ga bisa terdownload kenapa ya?
Deletemaaf mau tanya untuk titik kontrol geodesinya ada yg gk ada koordinatnya gmn ya, sama dan ada di beberapa kabupaten yg tdk ada sama sekali , mohon petunjuknya trimakasih
ReplyDelete