Dalam hitungan hari, insyaAllah ramadhan menyapa kita. Bulan istimewa
yang datangnya satu tahun sekali dan amat berarti bagi mereka yang
beriman. Suatu bulan penuh ampunan dan maghfirah Allah, yang di dalamnya
terdapat bulan seribu bulan.
Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mempersiapkan kedatangan
ramadhan, agar kita menjadi manusia beruntung yang semakin mencintai dan
dicintai Allah. Diantaranya adalah dengan kita melakukan evaluasi dan
introspeksi diri. Tak ada manusia yang sempurna. Semua tak luput dari
salah dan dosa. Yang ada adalah manusia yang secara sadar memilih
berbuat atau tidak berbuat dosa. Manusia yang dengan sukarela berbuat
maksiat atau meninggalkannya. Manusia yang menang menguasai hawa
nafsunya atau justru manusia yang menjadi budak dan tunggangan hawa
nafsunya sendiri.
Bila setiap diri mau jujur, sesungguhnya dalam hidup banyak ibroh,
pelajaran dan hikmah yang Allah karuniakan yang bisa dipetik agar setiap
manusia menjadi jauh lebih baik dari hari kemarin dan hari ini.
Lihatlah di sekeliling kita atau pada kita sendiri. Banyak hal yang
telah berubah dibandingkan waktu yang sama menjelang dan saat ramadhan
tahun lalu. Mungkin telah ada orang orang yang kita cintai, ayah ibu,
adik kakak, anak, saudara, sahabat, tetangga, teman, ataupun orang yang
kita kenal tak lagi ada bersama kita. Tak lagi ada senyuman, gurauan,
dan nasihat mereka mengisi hari-hari.
Bersyukurlah jika kita masih hidup dan diberi Allah waktu untuk
menjalani ramadhan tahun ini. Bersyukur bukan hanya dalam kata, tapi
dalam bentuk perbuatan menaatiNya dalam segala hal secara total tanpa
syarat.
Sesungguhnya bila saat ini jantung kita masih berdetak, nafas masih
di kandung badan, semua adalah anugerahNya. Bukan karena kita hebat
menjaga diri, mengatur gaya hidup dan pola makan, rajin berolahraga atau
segala macam upaya untuk sehat. Namun semata karena Allah menetapkan
demikian. Belum sampai ajal kita seperti yang tertulis dalam lauhul
mahfudz. Betapa banyak orang yang sehat, muda dan gagah, mendadak pergi
meninggalkan dunia. Mungkin kecelakaan, atau sebab lain. Sebaliknya
betapa banyak pula orang yang sakit -sakitan, renta dan lemah tetapi
belum juga mati. Ini semua semata karena kehidupan dan kematian jalan
dan ketentuannya memang telah Allah tetapkan. Manusia hanya tinggal
menjalani takdir dan tak punya daya kekuatan apapun untuk mengubahnya.
Demikian juga jika kita kaya harta, pandai, cakep, punya jabatan dan
kedudukan, sudah menikah, memiliki banyak anak, itu bukan karena kita
hebat! Bukan karena kita smart! Itu bukan suatu prestasi yang bisa
dibanggakan dan disombongkan. Semua itu hanyalah anugerah Allah semata.
Bukankah rizqi, ajal, jodoh telah ditetapkanNya jauh sebelum penciptaan
kita? Bukankah Allah memandang seseorang hanya dari ketaqwaannya?
So, hebat itu adalah jika kita taqwa, Smart itu adalah jika kita
memilih menaati segala perintahNya dan menjauhi seluruh laranganNya
tanpa kecuali! Seperti sabda rasul, manusia cerdas adalah yang
memikirkan kehidupan setelah kematian. Karena kita pasti akan mati,
suatu hari nanti, cepat atau lambat.
Manusia yang memikirkan kehidupan setelah kematian, pasti takut untuk
menyalahi perintahNya, pasti berpikir ribuan kali untuk menyelisihi
aturanNya.
Bila mati, tak lagi kita mampu mendengarkan adzan, melangkahkan kaki
memenuhi panggilanNya untuk sholat. Bila mati, tak lagi kita mampu
bangun di sepertiga malam terakhir untuk mengadu segala hal padaNya.
Bila mati, tak lagi kita mampu menahan lapar dahaga karenaNya.
Bila mati, tak lagi kita mampu memandang wajah lugu dan ceria anak-anak,
tak lagi kita bisa mengasuh, membimbing, mendidik dan membesarkan
mereka. Bila mati, tak lagi kita mampu melihat senyum dan airmata ibu
saat mendoakan buah hatinya. Bila mati,.tak lagi kita mampu mohon
ampunan dan meneteskan airmata atas dosa-dosa., tak lagi bisa tersenyum
kala bahagia. Bila mati, tak lagi kita mampu menatap indahnya alam
ciptaanNya, tak bisa lagi kita menikmati sejuknya angin saat menyusuri
jalan persawahan. Bila mati, tak lagi kita bisa merasakan dinginnya
hujan rahmatNya. Bila mati, tak lagi kita mampu melakukan segala bentuk
ketaatan padaNya. Pupus sudah kesempatan untuk Dia cintai, berakhir
sudah segala nikmat duniawi, hanya kain kafan yang menutupi, hanya amal
yang menemani, tak ada ayah ibu, pasangan hidup, anak-anak, saudara,
kerabat, sahabat yang menemani. Kita sendirian di dalam tanah yang
sering kita injak.
Sebelum datang ramadhan, marilah kita evaluasi diri dan jadikan
sebagai aktifitas yang selalu kita lakukan setiap hari, terus menerus
hingga denyut nadi berhenti. Kematian itu begitu dekat, kita tak pernah
tahu kapan ia datang, bisa nanti, besok, lusa tanpa pernah kita duga.
Mari kita sama-sama introspeksi diri, perbaiki diri untuk menjemput
khusnul khotimah. Bertanyalah pada diri sendiri, sudahkah segala pikiran
dan perilaku kita terpaut pada aturanNya? Sudahkah kita menuntut ilmu
sehingga tahu mana yag benar dan salah, halal dan haram. Sudahkah tahu
apa hukumya bekerja di berbagai lembaga keuangan, bank dan terlibat
riba?
Sudahkah tahu bagaimana pergaulan pria wanita diatur dalam Islam? Sudahkah memikirkan kehalalan harta yang
kiita peroleh di tengah maraknya kemudahan berhutang dari berbagai
lembaga keuangan? Dan masih banyak hal lagi yang harus kita tahu, kita
cari hukumnya dengan menuntut ilmu setiap saat sepanjang hidup.
Sebait doa, mari kita panjatkan bersama. “Ya Allah…Sebelum
mati…izinkan aku bertaubat…. izinkan hatiku, pikiranku, lisanku,
perbuatanku, hanya terikat pada aturanMu… izinkan aku tuk ikhlas
beribadah padaMu…izinkan aku tuk ridlo dengan segala ketentuanMu…
izinkan aku tuk jatuh hati hanya padaMu…mudahkan aku tuk selalu
menaatiMu….Hingga saat mati itu tiba, hanya kerinduanku padaMu yang aku
bawa…*. Aamiin
Marhaban ya ramadhan, kami menyambutmu penuh kerinduan.
Catatan kecil :
Selamat beribadah di bulan ramadhan penuh berkah, mohon maaf lahir
bathin, dunia akhirat kepada semua kerabat, para sahabat, teman,
tetangga dan siapa pun yang mengenalku atas segala kesalahan dan tutur
kata yang mungkin tak terjaga.
0 comments:
Post a Comment