Generasi islam masa lampau sungguh menakjubkan, dengan
kekuatan iman dan penerapan akhlaq islami dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Budaya islam jaman dahulu membuat seluruh dunia begitu
mengagumi agama islam dengan ciri khas yang sangat berbeda dari
agama-agama lain sebelum islam. Budaya generasi islam masa lampau sangat
terlihat betapa adab, sopan santun, konsep keimanan dan ketaqwaan,
cinta kasih antara sesama umat manusia sangatlah kental. Generasi islam
masa lampau juga sangat toleran terhadap perbedaan keyakinan dan
perdamaian. Tercermin dari sikap menghindari permusuhan, saling
memaafkan dan sebagai penengah dalam perdamaian, sebab Allah telah
mengajarkan pada manusia agar selalu mengasihi, lemah lembut dan saling
memaafkan. Seperti firman Allah dalam surat Thaha ayat 43-44,
“Artinya: Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun,
sesungguhnya dia telah malampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua
kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut”
Lantas, siapakah generasi islam masa lampau yang membuat
dunia sungguh mengagumi akan kecemerlangan pikiran dan kepribadian
mereka? Tokoh yang paling kita kenal antara lain Nabi Muhammad saat
beliau masih muda. Beliau dikenal dengan kejujuran dan kesabaran dalam
menjalani kehidupan. Sehingga diberi gelar Al-Amin. Tokoh lainnya adalah
Ali bin Abu Muthalib yang dikenal sangat pandai dan hebat dalam
menyusun strategi pertempuran hingga karena usulannya, Islam selalu
mencapai kemenangan. Selain itu ada Ibnu Sina yang menjadi filsuf,
ilmuwan dan seorang dokter kelairan Persia. Seluruh hidupnya ia tujukan
demi ilmu pengetahuan yang membangun umat muslim. Al-Khawarizmi atau
yang dikenal Al-Gorisma adalah seorang pakar ilmu algoritma dan
aritmatika. Dan masih banyak lagi generasi-generasi cemerlang
sesudahnya.
Saat ini bagaimanakah cerminan generasi
islam setelah Islam pernah mencapai kejayaan selama berabad-abad? Bisa
kita lihat di sekeliling kita. Bagaimana seseorang yang mengaku islam
tapi perbuatannya menyimpang dari ajaran islam. Banyak pula di antara
mereka yang menyia-nyiakan waktu begitu saja dan membuangnya percuma
dengan hal-hal tak bermanfaat, merusak, berbau hedonisme dan
materialisme yang keseluruhannya bersifat diniawi semata. Allah telah
berfirman dalam Al-‘Ashr ayat 1-3,
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal
saleh, dan nasehat- menasehati supaya menetapi kebenaran, dan
nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran”.
Bukankah mengidolakan dan menjadikan Rasulullah sebagai
suru tauladan adalah lebih baik dan mendatangkan ridha Allah ketimbang
harus memuja artis barat yang hidupnya tak jauh dari kerusakan moral?
Dan bukankan menjadikan manusia yang tak sempurna akhlaqnya justru akan
sama-sama menjerumuskan diri dalam neraka bersama para pengikut syetan?
Kritikan pedas seringkali dilontarkan bagi
generasi muslim saat ini. Salah satunya adalah istilah ‘generasi
sampah’dan ‘budaya sampah’ dalam artikel yang dimuat dalam www.voa-islam.com.
Apakah maksud ‘generasi sampah’ itu sendiri? Makna ini ditujukan bagi
generasi yang ada saat ini, baik muslim maupun non muslim. Hal ini
berarti generasi yang tak peduli dengan masa depan agama mereka-termasuk
mayoritas muslim- dengan melakukan segala hal yang tidak membawa kaidah
dan manfaat bagi diri mereka, agama, nusa dan bangsa. Sebab, yang
mereka lakukan hanya memenuhi kebutuhan dan kepuasan hidup kendati pun
menghalalkan berbagai cara demi mendapatkannya. Padahal, di sekitar
mereka banyak sekali dijumpai fakir miskin, anak-anak yatim dan orang
yang hidup kekurangan, namun mereka sengaja menutup mata, hati, dan
telinga mereka dengan kesombongan dan sikap takabur. Generasi semacan
itu lebih mementingkan duniawi sebagai bentuk pemujaan terhadap
hedonisme dan materialism yang hakikatnya hanyalah tipuan dunia yang
semu, fana, menyesatkan dan menyengsarakan ketika di akhirat kelak.
Kecanggihan teknologi seharusnya menjadi sarana untuk mengembangakan
agama islam. Contohnya dakwah yang tersiar di radio, televisi, artikel
internet, maupun media massa lainnya. Namun, berapa banyak remaja saat
ini yang menggunakan teknologi canggih hanya demi mendapatkan siaran
pencerahan lewat gadget pribadi? Bisa dihitung dengan jari. Contoh lain
adalah dengan adanya perkembangan IPTEK, umat islam dapat
memanfaatkannya demi mensejahterakan masyarakat serta membangaun
kekuatan islam dari gempuran musuh-musuh Allah. Dapatkah generasi
semacam itu dapat menjadi harapan dan masa depan islam di masa yang akan
datang?
Seharusnya kita semua sadar bahwa kita
hanyalah manusia yang Allah ciptakan hanya untuk menyembah, mengabdi dan
selalu berupaya menolong agama-Nya. Dunia yang kita tinggali saat ini
hanyalah sementara dan segala apa yang kita miliki dapat lenyap dalam
waktu sekejap. Ketika waktu kita tiba untuk diperhitungkan segala amal
dan dosa, segala yang kita milki di dunia tak pernah bisa menolong kita,
kecuali amal-amal salih. Selayaknya kita selalu berpegang teguh pada
firman-firman Allah dan ajaran-ajaran Nabi agar senantiasa selamat dalam
menempuh kehidupan. Kita tentu tidak ingin bahwa umat muslim dianggap
sebagai umat yang tertinggal dan terbelakang. Jika kita selalu berusaha
memajukan Islam dan terus mencari cara yang halal, maka tidak mustahil
islam akan kembali pada masa kejayaan yang dahulu. Jadilah contoh
seperti apa yang telah Rasulullah S.A.W contohkan pada umatnya agar
selalu menjadi suri tauladan abadi bagi generasi islam di masa-masa
selanjutnya. Kita sebagi umat muslim harusnya optimis dan tidak pernah
menyerah dalam memperjuangkan dan membela agama Allah
By fina damayanthi
0 comments:
Post a Comment