…Sebuah teaser di
youtube mengundang rasa penasaran saya untuk menyaksikan apa sih
sebenarnya isi film ini. Memang sedikit bocoran di internet sudah mampu
memberi gambaran tentang cerita dari film Haji Backpacker…
Malam Minggu kemarin saya
menyempatkan untuk menonton film ini.
Sebenarnya keinginan itu sudah ada sejak film ini rilis di Jogja tanggal
2 Oktober namun sayang waktunya belum berjodoh. Rasa penasaran spun
akhirnya terpuskan dengan kisah Mada yang mencoba mencari jawaban dari
rencana Tuhan.
Mungkin sudah terlalu basi jika s mereview
kembali film ini, mengingat sudah banyak para kompasiana yang
membicarakan film ini. Apa lagi yang harus dibicarakan dari film ini.
Dari segi segi filmkah ? Alur ceritakah ? Akting para pemain kah ? Atau
teknik - teknik pengambilan gambarnya ? Sepertinya semua sudah
dijelaskan para kompasiana. Namun ada satu hal yang saya ingin ceritakan
disini, sebuah perasaan yang sama yang saya alami dengan tokoh Mada.
Dalam kisahnya Mada (Abimana
Aryasatya)adalah orang yang dulunya taat beribadah, sholat tidak pernah
putus bahkan puasa pun ia lakoni. Namun ketika suatu permasalahan
datang dimana ketika ia mencoba melamar pujaan hatinya Sofia (Dewi
Sandra) gagal ia berubah 180 derajat. 27 tahun ia bersembahyang, menjadi
hamba yang selalu taat berubah menjadi seorang yang meninggalkan ajaran
Tuhannya.
Kekecewaan terhadap apa yang
ia rencanakan, itu yang terjadi. Luapan rasa kecewa lantaran Tuhan
tidak mendukung rencana hidupnya untuk menikahi Sofia. Menjadikannya
sebagai seorang pengembara. Hidup hura-hura, hilang arah hidup, dan
bahkan ia sudah memutuskan untuk tidak akan kembali ke Indonesia.
Pencarian untuk menemukan jawaban atas semua rencan Tuhan pun dimulai.
Mulai dari Thailand, Vietnam, China, India, Iran, dan akhirnya Arab
Saudi menjadi pemberhentian akhir dalam menemukan apa yang selama satu
tahun ia cari. Semua kisah petualangan Mada terkemas apik dalam berbagai
cerita di setiap tempat.
Timelaps setiap
daerah yang dikunjungi menjadi teknik prngambilan gambar yang kuat pada
film ini. Perubahan keadaan seperti dari pagi ke senja, dari sepi ke
ramai, menjadi magnet bagi siapa pun yang menyaksikan film ini untuk
berkunjung ke tempat itu.
Refleksi Hidup
Mungkin
tidak begitu sama persis dengan apa yang dialami Mada. Dimana ia gagal
mempersunting pujaan hati bahkan disaat ia mau meminta maaf kepada
Ayahnya, ia sudah tidak bisa karena meninggal di tanah suci. Bagi saya
film ini memiliki persamaan dimana saya selama dua tahun kemarin mencoba
mencari jawaban atas rencanaNya.
Oktober tahun 2012 kemarin
seharusnya menjadi hari yang spesial bagi hidup saya. Seharusnya setelah
wisuda saya bisa segera mencari pekerjaan untuk membanggakan kedua
orang tua. Namun Tuhan berkata lain, di awal tahun 2013 sempat akan berhasil
mendapat pekerjaan. Hanya satu langkah lagi untuk bisa masuk ke salah
satu BUMN. Rupanya Tuhan tidak berkehendak untuk menggerakkan tangan ini
menandatangani kontrak kerja. Kalau ditanya kenapa, saya pun juga tidak
tahu kenapa.
Gagal baru sekali dan
semangat pun masih terasa penuh. Satu persatu lamaran saya coba masukan
ke berbagai perusahaan. Mulai dari bank, media, perusahaan kosmetik,
CPNS, Otomotif, perkebunan saya lamar. Event Jobfair pun juga
tidak pernah luput saya hadiri. Lagi - lagi hasilnya adalah nol besar.
Perlahan semangat pun semakin memudar dan bahkan yang ada hanya rasa
pesimis yang terus menggerogoti . Frustasi tentu! Siapa sih yang tidak
frustasi ketika sudah gagal berkali - kali. Oke lah gagal sekali dua
kali bahkan tiga kali masih bisa dimasuk akal. Sedangkan selama tahun
2013 saya gagal sudah menembus angka 10.
Waktu ke waktu hari ke hari,
minggu ke minggu, bahkan bulan pun sudah menginjak di bulan Ramadhan.
Secercah harapan sedikit terlihat ketika berhasil dipanggil untuk
mengikuti tes salah satu perusahaan tambang batu bara di Kalimantan.
Ibadah saya kencengin lagi bahkan doa selalu keluar dari mulut saya.
Pada waktu itu masih berfikir bahwa ini adalah jawaban dari Tuhan atas
semua doa yang selam ini dipanjatkan.
Dulu saya mempunyai mimpi
bahwa suatu saat bakal berkeliling dunia mengunjungi berbagai tempat
terutama museum hanya gara-gara coret-coretan saya. Ini nih mungkin
jawaban tersebut.Akhirnya kesempatan untuk mempresentasikan diri di hadapan HRD dan User di Kalimantan dapat kesampaian.
Asyik akhirnya ada orang
yang mau melihat coret-coretan saya. Setelah seharian presentasi di
Kalilmantan dengan biaya gratis perusahaan pun menjanjikan batas waktu
pemanggilan jika lolos tahap tersebut. Selama kurung waktu dua minggu
lebih saya menunggu panggilan dari perusahaan tersebut. Doa, dzikir
serta bebagai macam ibadah sunnah pun semakin kuat. Ini adalah mimpi
saya untuk dapat bekerja di tambang atau perminyakan, meskipun bukan lulus dari jurusan teknik.
Rupanya Tuhan punya rencana
lain. Saya gagal pada tahap ini. Seperti tersambar petir rasanya ketika
mendengar teman seperjuangan yang pada waktu itu ikut presentasi di
Kalimantan telah mengikuti tahap berikutnya. Saat itu saya sedang
mengantar pacar untuk membeli laptop dan kebetulan waktu itu menjelang
Dhuhur. Saat tahu jika gagal saya pun menjadi tak berdaya. Bahkan pacar
saya berusaha untuk menghibur hati dengan mengajak sholat Dhuhur saya
tolak mentah mentah. Saya tidak mau untuk sholat. Dalam hati berteriak sekeras - kerasnya menyalahkan Tuhan atas semua ini.
“Buat apa sholat kalau
hasilnya sama saja. Buat apa berdoa kalau jika tidak dikabulkan. Mana
janji Tuhan katanya jika hambanya berdoa pasti akan dikabulkan tapi
hasilnya ? Sama saja gagal…itu yang terucap saat itu…
Hancur, remuk , bahkan sudah
tidak mempercayai Tuhan saat itu. Ini doa seorang anak yang berharap
bisa membahagiakan orang tua nya dengan bekerja. Tapi kenapa niat baik
ini tidak dikabulkan Tuhan? Sebuah pertanyaan yang terus menerus saya
tanyakan. Apa susahnya sih Tuhan mengabulkan doa seorang hambanya yang
berjuang untuk mencari pekerjaan yang halal ? Masak doa sekecil itu
tidak bisa dikabulkan ? Pertanyaan akan meragukan Tuhan selalu terjadi
di hati . Marah ? Tentu bahkan meragukan Tuhan, itu yang terjadi. Kadang
saya iri dengan teman-teman saya yang jauh dari Tuhan, betapa mudahnya
mereka mendapat apa yang diinginkan. Sedangkan saya yang berusaha untuk
mendekat dengan Tuhan boro-boro diwujudkan doanya, mungkin didengar saja tidak.
Segala kata - kata bijak pacar tidak mampu memadamkan rasa amarah dalam hati. Hanya kalut yang menyelubungi pikiran dan
hati. Harus bilang apa ke ibu saat anaknya kembali gagal ? Hati saya
merasa menagis setiap kali harus memberitahu hasil tes yang harus
berkata gagal bu… Setiap mendengar hasil tes
gagal, saya bisa membaca langsung raut wajah ibu yang berubah menjadi
sedih. Dan kali ini untuk kesekian kalinya harus berkata gagal. Saya
masih ingat betul, kejadian itu terjadi waktu habis lebaran. Tadinya
saya pikir Ramadhan 2013 akan menjadi berkah bagi saya namun ternyata
sama saja.
Tahun berganti 2014, namun
status masih menjadi pengangguran. Cibiran masyakarat pun menempel pada
diri saya . Malu rasanya ketika ditanya tetangga kerja dimana ? Tapi
jawaban saya hanya bias berkata masih mencari - cari. Seperti mesin perekam dalam telpon, itu jawaban yang
terus menerus saya katakan ketika ditanya kerja dimana. Bahkan teman
seperjuangan pun mencoba menghibur dengan mengajak mengobrol, saya
tolak. Kesedihan membuat saya
hampir kehilangan keyakinan. Tidak percaya bahwa doa manusia kepada
Tuhannya akan dikabulkan. Sholat pun hanya seperti orang yang mengikuti
gerakan pada umunya. Berdoa ? Jangan dulu deh , orang doa berkali - kali
hasilnya pun juga tidak ada. Mungkin manusia seperti saya ini sudah
tidak didengar lagi doanya.
Kata - kata mutiara seperti
jangan takut akan gagal, gagal bangkit lagi, gagal adalah kesuksesan
yang tertunda sudah tidak mempan bagi saya. Gagal bangkit lagi itu kan
kalau sekali dua kali, lhah ini sudah lebih dari 12 kali dan sudah satu
tahun lebih menganggur. Kata kata itu cuma sekedar kata tanpa arti.
Akhirnya saya putuskan juga
untuk pergi dari rumah. Saya coba mencari jawaban setiap masalah yang
saya alami. Surabaya menjadi destinasi pertama , sempat ikut dengan
saudara bekerja disana, namun hanya bertahan tiga bulan saja. Selama
disana saya mendapat seorang teman yang dengan ceramah - ceramahnya
membuka mata hati . Kembali sholat dengan penuh harapan akan dikabulkan
doanya. Pelan - pelan keyakinan akan Tuhan mulai muncul. Ibadah pun
mulai rajin dilakukan. Memang benar apa kata teman saya dua hal dalam
hidup ini yang susah untuk dipelajari. Pertama adalah sabar yang kedua
adalah ikhlas. Sabar dalam nenerima cobaan, ikhlas dalam menerima hasil
keputusan dari Sang Pencipta.
Setelah muncul keyakinan
tersebut, akhirnya saya putuskan untuk kembali berkelana. Kali ini
tujuannya adalah kampung Inggris Pare. Alasannya simple, saya merasa
tidak berkutik berbahasa inggris ketika beberapa bulan laluberhasil
mengikuti tes hingga tahap interview user dengan salah satu
perusahaan minyak multinasional. Disana saya mendapat beragam hal yang
membuka mata . Banyak pelajaran hidup yang saya peroleh lebih dari
sekedar bahasa Inggris. Gairah hidup pun kini kembali pulih. Setelah
satu bulan disana rasanya Jogja adalah tujuan berikutnya perjuangan
hidup ini.
Lamar, lamar dan lamar itu
yang saya lakukan setelah itu. Beberapa kali mengikuti tes dengan
harapan akan segera dipanggil kerja rupanya masih jauh. Hingga Ramadhan
tahun 2014 kemarin, saya masih berstatus menganggur. Rasa kecewa tentu
ada, namun saya coba ubah pola pikir saya bahwa ini hanya ujian.
Seberapa jauh kesabaran mu di uji, seberapa kuat imankmu dengan ujian
ini. Saat itu memasuki bulan Ramadhan , saya hanya berdoa dengan penuh keyakinan agar sebelum dua tahun menganggur, saya
sudah bisa mendapat kerja, apapun itu. Ada beberapa lamaran yang
dimasukkan, pertama di salahs satu universitas yang kedua di bank, dan
juga masih berharap ada panggilan dari perusahaan minyak tersebut
mengingat durasi pemanggilan kerja jika lolos adalah enam bulan sejak
bulan Maret.
Agustus berlalu, September
pertengahan berlalu namun panggilan kerja juga masih sepi. Baru di akhir
September 2014 saya memperoleh panggilan kerja di salah satu
universitas di Yogyakarta. Mereka membutuhkan tukang tulis berita, dana
akhirnya ada perusahaan yang merekrut saya dengan hasil coret-coretan
saya selama di Kompasiana. Angin segar pun datang, dan semakin
meyakinkan bahwa Tuhan itu tidak pernah ingkar.
Kini perlahan mimpi saya mulai dapat terwujudkan. Memang sih belum bisa membawa kedua orang tua datang
di tanah suci, tapi mimpi suatu saat dapat keliling dunia sudah sedikit
terlihat. Menuliskan cerita dari setiap daerah yang dikunjungi terutama
museum memang menjadi mimpi saya, disamping bekerja diperusahaan
tambang atau minyak. Entah kenapa saya begitu pengen kerja disana, tapi
tujuan saya hanya ingin membuktikan bahwa saya bisa dan mampu membalikkan opini orang - orang disekitar.
November 2014 akan menjadi bulan terakhir dalam perjanjian kontra kerja saya. Dan harus
bersiap kembali melamar ke berbagai perusahaan. Kali ini seperti Mada
yang telah menemukan jawaban atas semua pertanyaan hidupnya. Berdoa
dengan penuh keyakinan, jika pun kembali gagal ini hanyalah ujian dan
pasti akan mendapat hal yang lebih baik dari apa yang kita rencanakan.
Ibaratnya adalah ketika kita
sedang berpergian jauh dan ditengah jalan kita tersesat dari tujuan
semula. Di setiap tempat yang kita kunjungi selama tersesat pasti ada
hal positif yang dapat membantu di tujuan akhir. Seperti akhirnya saya
mau untuk belajar bahasa Inggris meskipun hanya di speakingnya, kemudian memperoleh semangat hidup dari para anak muda Pare untuk lebih fighting dalam hidup, dan tentunya semakin memperbanyak relasi.
…Apa saya ini mau
menjadi pohon yang besar dengan akar yang kokoh ya Allah ? Kok begitu
berat ujian saya,..kata itu yang selalu menjadi penghibur saat saya
kecewa dengan hidup.
Banyak hal yang
membuat film ini sangat berarti bagi saya. Salah satunya adalah ketika
Abimana Aryasatya membacakan Surrah Yasin saat ia diinteorgasi oleh
kawana bersenjata di Iran. Terenyuh, haru, bahkan air mata sempat
membanjiri kelopak bawah ketika mendengarkan Mada membaca satu persatu
ayat. Genggaman tangan kepada pacar pun semakin kuat saat adegan tersebut tayang. Bagi saya ini lebih dari sekedar gambaran hidup masa lalu Mada yang coba di flashback
kan ketika ia membaca Surrah Yasin. Alunan bacaan Yassin membuat hati
saya luluh. Nangis dalam hati saya , ketika saya teringat akan kejadian
yang hampir sama dengan Mada.
…Jika aku bisa melihatmu
mungkin aku langsung percaya dengan Mu, jika aku bisa mendengar ucapan
mu mungkin aku bisa memahami apa maksudmu kepada ku….
Benar yang dikatakan Mada
dalam sebuah adegan dimana ia sudah mengerti akan rencana Tuhan dalam
hidupnya. Seandainya saya juga bisa mendengar dan menyaksikan Tuhan
tentu saya bisa memahami maksudnya. Tapi inilah hidup, setiap manusia
selalu diuji oleh Nya. Baik kesenangan, maupun kesusahan adalah bagian
dari ujian untuk melihat seberapa tebal sih iman yang kamu akui kepada
Nya. Film Haji Backpacker bisa menjadi referensi hidup
anda. Banyak hal yang bisa diperoleh dari film ini. Mulai dari destinasi
wisata, hingga pelajaran hidup yang begitu kental.
…..Gagal itu kalau kita
berhenti berusaha, namun jika masih berusaha itu bukan gagal…kata-kata
yang selalu saya tanamkan di hati.
By Esang Supranggono
0 comments:
Post a Comment