Pages - Menu

Monday, February 2, 2015

Haji Backpacker dan Refleksi Hidup


…Sebuah teaser di youtube mengundang rasa penasaran saya untuk menyaksikan apa sih sebenarnya isi film ini. Memang sedikit bocoran di internet sudah mampu memberi gambaran tentang cerita dari film Haji Backpacker…
Malam Minggu kemarin saya menyempatkan untuk menonton film ini. Sebenarnya keinginan itu sudah ada sejak film ini rilis di Jogja tanggal 2 Oktober namun sayang waktunya belum berjodoh. Rasa penasaran spun akhirnya terpuskan dengan kisah Mada yang mencoba mencari jawaban dari rencana Tuhan.
Mungkin sudah terlalu basi jika s mereview kembali film ini, mengingat sudah banyak para kompasiana yang membicarakan film ini. Apa lagi yang harus dibicarakan dari film ini. Dari segi segi filmkah ? Alur ceritakah ? Akting para pemain kah ? Atau teknik - teknik pengambilan gambarnya ? Sepertinya semua sudah dijelaskan para kompasiana. Namun ada satu hal yang saya ingin ceritakan disini, sebuah perasaan yang sama yang saya alami dengan tokoh Mada.
Dalam kisahnya Mada (Abimana Aryasatya)adalah orang yang dulunya taat beribadah, sholat tidak pernah putus bahkan puasa pun ia lakoni. Namun ketika suatu permasalahan datang dimana ketika ia mencoba melamar pujaan hatinya Sofia (Dewi Sandra) gagal ia berubah 180 derajat. 27 tahun ia bersembahyang, menjadi hamba yang selalu taat berubah menjadi seorang yang meninggalkan ajaran Tuhannya.
Kekecewaan terhadap apa yang ia rencanakan, itu yang terjadi. Luapan rasa kecewa lantaran Tuhan tidak mendukung rencana hidupnya untuk menikahi Sofia. Menjadikannya sebagai seorang pengembara. Hidup hura-hura, hilang arah hidup, dan bahkan ia sudah memutuskan untuk tidak akan kembali ke Indonesia. Pencarian untuk menemukan jawaban atas semua rencan Tuhan pun dimulai. Mulai dari Thailand, Vietnam, China, India, Iran, dan akhirnya Arab Saudi menjadi pemberhentian akhir dalam menemukan apa yang selama satu tahun ia cari. Semua kisah petualangan Mada terkemas apik dalam berbagai cerita di setiap tempat.
Timelaps setiap daerah yang dikunjungi menjadi teknik prngambilan gambar yang kuat pada film ini. Perubahan keadaan seperti dari pagi ke senja, dari sepi ke ramai, menjadi magnet bagi siapa pun yang menyaksikan film ini untuk berkunjung ke tempat itu.
Refleksi Hidup
Mungkin tidak begitu sama persis dengan apa yang dialami Mada. Dimana ia gagal mempersunting pujaan hati bahkan disaat ia mau meminta maaf kepada Ayahnya, ia sudah tidak bisa karena meninggal di tanah suci. Bagi saya film ini memiliki persamaan dimana saya selama dua tahun kemarin mencoba mencari jawaban atas rencanaNya.
Oktober tahun 2012 kemarin seharusnya menjadi hari yang spesial bagi hidup saya. Seharusnya setelah wisuda saya bisa segera mencari pekerjaan untuk membanggakan kedua orang tua. Namun Tuhan berkata lain, di awal tahun 2013 sempat akan berhasil mendapat pekerjaan. Hanya satu langkah lagi untuk bisa masuk ke salah satu BUMN. Rupanya Tuhan tidak berkehendak untuk menggerakkan tangan ini menandatangani kontrak kerja. Kalau ditanya kenapa, saya pun juga tidak tahu kenapa.
Gagal baru sekali dan semangat pun masih terasa penuh. Satu persatu lamaran saya coba masukan ke berbagai perusahaan. Mulai dari bank, media, perusahaan kosmetik, CPNS, Otomotif, perkebunan saya lamar. Event Jobfair pun juga tidak pernah luput saya hadiri. Lagi - lagi hasilnya adalah nol besar. Perlahan semangat pun semakin memudar dan bahkan yang ada hanya rasa pesimis yang terus menggerogoti . Frustasi tentu! Siapa sih yang tidak frustasi ketika sudah gagal berkali - kali. Oke lah gagal sekali dua kali bahkan tiga kali masih bisa dimasuk akal. Sedangkan selama tahun 2013 saya gagal sudah menembus angka 10.
Waktu ke waktu hari ke hari, minggu ke minggu, bahkan bulan pun sudah menginjak di bulan Ramadhan. Secercah harapan sedikit terlihat ketika berhasil dipanggil untuk mengikuti tes salah satu perusahaan tambang batu bara di Kalimantan. Ibadah saya kencengin lagi bahkan doa selalu keluar dari mulut saya. Pada waktu itu masih berfikir bahwa ini adalah jawaban dari Tuhan atas semua doa yang selam ini dipanjatkan.
Dulu saya mempunyai mimpi bahwa suatu saat bakal berkeliling dunia mengunjungi berbagai tempat terutama museum hanya gara-gara coret-coretan saya. Ini nih mungkin jawaban tersebut.Akhirnya kesempatan untuk mempresentasikan diri di hadapan HRD dan User di Kalimantan dapat kesampaian.
Asyik akhirnya ada orang yang mau melihat coret-coretan saya. Setelah seharian presentasi di Kalilmantan dengan biaya gratis perusahaan pun menjanjikan batas waktu pemanggilan jika lolos tahap tersebut. Selama kurung waktu dua minggu lebih saya menunggu panggilan dari perusahaan tersebut. Doa, dzikir serta bebagai macam ibadah sunnah pun semakin kuat. Ini adalah mimpi saya untuk dapat bekerja di tambang atau perminyakan, meskipun bukan lulus dari jurusan teknik.
Rupanya Tuhan punya rencana lain. Saya gagal pada tahap ini. Seperti tersambar petir rasanya ketika mendengar teman seperjuangan yang pada waktu itu ikut presentasi di Kalimantan telah mengikuti tahap berikutnya. Saat itu saya sedang mengantar pacar untuk membeli laptop dan kebetulan waktu itu menjelang Dhuhur. Saat tahu jika gagal saya pun menjadi tak berdaya. Bahkan pacar saya berusaha untuk menghibur hati dengan mengajak sholat Dhuhur saya tolak mentah mentah. Saya tidak mau untuk sholat. Dalam hati berteriak sekeras - kerasnya menyalahkan Tuhan atas semua ini.
“Buat apa sholat kalau hasilnya sama saja. Buat apa berdoa kalau jika tidak dikabulkan. Mana janji Tuhan katanya jika hambanya berdoa pasti akan dikabulkan tapi hasilnya ? Sama saja gagal…itu yang terucap saat itu…
Hancur, remuk , bahkan sudah tidak mempercayai Tuhan saat itu. Ini doa seorang anak yang berharap bisa membahagiakan orang tua nya dengan bekerja. Tapi kenapa niat baik ini tidak dikabulkan Tuhan? Sebuah pertanyaan yang terus menerus saya tanyakan. Apa susahnya sih Tuhan mengabulkan doa seorang hambanya yang berjuang untuk mencari pekerjaan yang halal ? Masak doa sekecil itu tidak bisa dikabulkan ? Pertanyaan akan meragukan Tuhan selalu terjadi di hati . Marah ? Tentu bahkan meragukan Tuhan, itu yang terjadi. Kadang saya iri dengan teman-teman saya yang jauh dari Tuhan, betapa mudahnya mereka mendapat apa yang diinginkan. Sedangkan saya yang berusaha untuk mendekat dengan Tuhan boro-boro diwujudkan doanya, mungkin didengar saja tidak.
Segala kata - kata bijak pacar tidak mampu memadamkan rasa amarah dalam hati. Hanya kalut yang menyelubungi pikiran dan hati. Harus bilang apa ke ibu saat anaknya kembali gagal ? Hati saya merasa menagis setiap kali harus memberitahu hasil tes yang harus berkata gagal bu… Setiap mendengar hasil tes gagal, saya bisa membaca langsung raut wajah ibu yang berubah menjadi sedih. Dan kali ini untuk kesekian kalinya harus berkata gagal. Saya masih ingat betul, kejadian itu terjadi waktu habis lebaran. Tadinya saya pikir Ramadhan 2013 akan menjadi berkah bagi saya namun ternyata sama saja.
Tahun berganti 2014, namun status masih menjadi pengangguran. Cibiran masyakarat pun menempel pada diri saya . Malu rasanya ketika ditanya tetangga kerja dimana ? Tapi jawaban saya hanya bias berkata masih mencari - cari. Seperti mesin perekam dalam telpon, itu jawaban yang terus menerus saya katakan ketika ditanya kerja dimana. Bahkan teman seperjuangan pun mencoba menghibur dengan mengajak mengobrol, saya tolak. Kesedihan membuat saya hampir kehilangan keyakinan. Tidak percaya bahwa doa manusia kepada Tuhannya akan dikabulkan. Sholat pun hanya seperti orang yang mengikuti gerakan pada umunya. Berdoa ? Jangan dulu deh , orang doa berkali - kali hasilnya pun juga tidak ada. Mungkin manusia seperti saya ini sudah tidak didengar lagi doanya.
Kata - kata mutiara seperti jangan takut akan gagal, gagal bangkit lagi, gagal adalah kesuksesan yang tertunda sudah tidak mempan bagi saya. Gagal bangkit lagi itu kan kalau sekali dua kali, lhah ini sudah lebih dari 12 kali dan sudah satu tahun lebih menganggur. Kata kata itu cuma sekedar kata tanpa arti.
Akhirnya saya putuskan juga untuk pergi dari rumah. Saya coba mencari jawaban setiap masalah yang saya alami. Surabaya menjadi destinasi pertama , sempat ikut dengan saudara bekerja disana, namun hanya bertahan tiga bulan saja. Selama disana saya mendapat seorang teman yang dengan ceramah - ceramahnya membuka mata hati . Kembali sholat dengan penuh harapan akan dikabulkan doanya. Pelan - pelan keyakinan akan Tuhan mulai muncul. Ibadah pun mulai rajin dilakukan. Memang benar apa kata teman saya dua hal dalam hidup ini yang susah untuk dipelajari. Pertama adalah sabar yang kedua adalah ikhlas. Sabar dalam nenerima cobaan, ikhlas dalam menerima hasil keputusan dari Sang Pencipta.
Setelah muncul keyakinan tersebut, akhirnya saya putuskan untuk kembali berkelana. Kali ini tujuannya adalah kampung Inggris Pare. Alasannya simple, saya merasa tidak berkutik berbahasa inggris ketika beberapa bulan laluberhasil mengikuti tes hingga tahap interview user dengan salah satu perusahaan minyak multinasional. Disana saya mendapat beragam hal yang membuka mata . Banyak pelajaran hidup yang saya peroleh lebih dari sekedar bahasa Inggris. Gairah hidup pun kini kembali pulih. Setelah satu bulan disana rasanya Jogja adalah tujuan berikutnya perjuangan hidup ini.
Lamar, lamar dan lamar itu yang saya lakukan setelah itu. Beberapa kali mengikuti tes dengan harapan akan segera dipanggil kerja rupanya masih jauh. Hingga Ramadhan tahun 2014 kemarin, saya masih berstatus menganggur. Rasa kecewa tentu ada, namun saya coba ubah pola pikir saya bahwa ini hanya ujian. Seberapa jauh kesabaran mu di uji, seberapa kuat imankmu dengan ujian ini. Saat itu memasuki bulan Ramadhan , saya hanya berdoa dengan penuh keyakinan agar sebelum dua tahun menganggur, saya sudah bisa mendapat kerja, apapun itu. Ada beberapa lamaran yang dimasukkan, pertama di salahs satu universitas yang kedua di bank, dan juga masih berharap ada panggilan dari perusahaan minyak tersebut mengingat durasi pemanggilan kerja jika lolos adalah enam bulan sejak bulan Maret.
Agustus berlalu, September pertengahan berlalu namun panggilan kerja juga masih sepi. Baru di akhir September 2014 saya memperoleh panggilan kerja di salah satu universitas di Yogyakarta. Mereka membutuhkan tukang tulis berita, dana akhirnya ada perusahaan yang merekrut saya dengan hasil coret-coretan saya selama di Kompasiana. Angin segar pun datang, dan semakin meyakinkan bahwa Tuhan itu tidak pernah ingkar.
Kini perlahan mimpi saya mulai dapat terwujudkan. Memang sih belum bisa membawa kedua orang tua datang di tanah suci, tapi mimpi suatu saat dapat keliling dunia sudah sedikit terlihat. Menuliskan cerita dari setiap daerah yang dikunjungi terutama museum memang menjadi mimpi saya, disamping bekerja diperusahaan tambang atau minyak. Entah kenapa saya begitu pengen kerja disana, tapi tujuan saya hanya ingin membuktikan bahwa saya bisa dan mampu membalikkan opini orang - orang disekitar.
November 2014 akan menjadi bulan terakhir dalam perjanjian kontra kerja saya. Dan harus bersiap kembali melamar ke berbagai perusahaan. Kali ini seperti Mada yang telah menemukan jawaban atas semua pertanyaan hidupnya. Berdoa dengan penuh keyakinan, jika pun kembali gagal ini hanyalah ujian dan pasti akan mendapat hal yang lebih baik dari apa yang kita rencanakan.
Ibaratnya adalah ketika kita sedang berpergian jauh dan ditengah jalan kita tersesat dari tujuan semula. Di setiap tempat yang kita kunjungi selama tersesat pasti ada hal positif yang dapat membantu di tujuan akhir. Seperti akhirnya saya mau untuk belajar bahasa Inggris meskipun hanya di speakingnya, kemudian memperoleh semangat hidup dari para anak muda Pare untuk lebih fighting dalam hidup, dan tentunya semakin memperbanyak relasi.
…Apa saya ini mau menjadi pohon yang besar dengan akar yang kokoh ya Allah ? Kok begitu berat ujian saya,..kata itu yang selalu menjadi penghibur saat saya kecewa dengan hidup.
Banyak hal yang membuat film ini sangat berarti bagi saya. Salah satunya adalah ketika Abimana Aryasatya membacakan Surrah Yasin saat ia diinteorgasi oleh kawana bersenjata di Iran. Terenyuh, haru, bahkan air mata sempat membanjiri kelopak bawah ketika mendengarkan Mada membaca satu persatu ayat. Genggaman tangan kepada pacar pun semakin kuat saat adegan tersebut tayang. Bagi saya ini lebih dari sekedar gambaran hidup masa lalu Mada yang coba di flashback kan ketika ia membaca Surrah Yasin. Alunan bacaan Yassin membuat hati saya luluh. Nangis dalam hati saya , ketika saya teringat akan kejadian yang hampir sama dengan Mada.
…Jika aku bisa melihatmu mungkin aku langsung percaya dengan Mu, jika aku bisa mendengar ucapan mu mungkin aku bisa memahami apa maksudmu kepada ku….
Benar yang dikatakan Mada dalam sebuah adegan dimana ia sudah mengerti akan rencana Tuhan dalam hidupnya. Seandainya saya juga bisa mendengar dan menyaksikan Tuhan tentu saya bisa memahami maksudnya. Tapi inilah hidup, setiap manusia selalu diuji oleh Nya. Baik kesenangan, maupun kesusahan adalah bagian dari ujian untuk melihat seberapa tebal sih iman yang kamu akui kepada Nya. Film Haji Backpacker bisa menjadi referensi hidup anda. Banyak hal yang bisa diperoleh dari film ini. Mulai dari destinasi wisata, hingga pelajaran hidup yang begitu kental.
…..Gagal itu kalau kita berhenti berusaha, namun jika masih berusaha itu bukan gagal…kata-kata yang selalu saya tanamkan di hati.

By Esang Supranggono

No comments:

Post a Comment